Ada seorang brahmana tinggal di Savatthi, dan dia bukan seorang Buddhis. Tetapi Sang Buddha mengetahui bahwa brahmana akan mencapai tingkat kesucian sotapatti dalam waktu dekat. Maka Sang Buddha pergi ke tempat brahmana membajak ladangnya dan mengajak berbicara dengannya. Brahmana menjadi sahabat dan berterima kasih kepada Sang Buddha yang telah berkenalan dengannya dan memperhatikan pekerjaannya di ladang.
Suatu hari dia berkata kepada Sang Buddha, “Samana Gotama, bila nanti saya menuai padi dari ladang ini, pertama sekali saya akan memberikan sebagian hasil panen ini kepadaMu sebelum saya mengambilnya. Saya tidak akan memakan beras saya sebelum saya memberikan kepadaMu.”
Sang Buddha mengetahui bahwa brahmana itu tidak mempunyai kesempatan untuk memanen padi dari ladangnya tahun ini, tetapi Beliau berdiam diri.
Kemudian pada malam sebelum si brahmana memanen padinya, turun hujan lebat menyapu semua tanaman padinya. Sang brahmana sangat sedih karena dia tidak mungkin memberikan sebagian hasil panen kepada temannya, Samana Gotama.
Sang Buddha pergi ke rumah brahmana dan sang brahmana memberitahukan tentang bencana besar yang menimpanya. Sang Buddha menjawab, “Brahmana, kamu tidak mengetahui sebab penderitaan, tetapi saya mengetahui. Jika kesedihan dan ketakutan muncul, hal-hal itu disebabkan oleh keinginan.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 216 berikut :
Dari keinginan timbul kesedihan,
dari keinginan timbul ketakutan;
bagi orang yang telah bebas dari keinginan,
tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.
Brahmana mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar