Kau Adalah Dirimu Sendiri dan Telah Sempurna Apa Adanya



Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah.
Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut.
Suatu acara yang luar biasa mengesankan.

Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah.
Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan" katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.

"Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia..."

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama.
Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.

"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri.

Ia lalu mengeluarkan daftarnya.
Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman...
Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir...

"Maaf, apakah aku harus berhenti ?" tanyanya.

"Oh tidak, lanjutkan..." jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.

"Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang..."

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya.
Bahwa suaminya menerimanya apa adanya...
Ia menunduk dan menangis...

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati.
Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut.
Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.

Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita?
Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.

Kisah Boy and Girl 2



Sewaktu boy dan girl baru pacaran, boy melipat 1000 burung kertas buat girl, menggantungkannya di dalam kamar girl.
Boy mengatakan, 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya.

Waktu itu, girl dan boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua.

Tetapi pada suatu saat, girl mulai menjauhi boy.
Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis, ke Paris tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali-kali itu!!

Sewaktu girl mau mutusin boy, girl bilang sama boy, "Kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa.
Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya!!
Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik.
Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita setelah menikah.!!
"

Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras, dia pernah menjual koran, menjadi karyawan sementara, bisnis kecil, setiap pekerjaan dia kerjakan dengan sangat baik dan tekun.

Sudah lewat beberapa tahun...
Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya , akhirnya dia mempunyai sebuah perusahaan.
Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Girl, dia masih tidak dapat melupakannya.

Pada suatu hari, waktu itu hujan, Boy dari mobilnya melihat sepasang orang tua berjalan sangat pelan di depan.
Dia mengenali mereka, mereka adalah orang tua Girl.

Dia ingin mereka lihat kalau sekarang dia tidak hanya mempunyai mobil pribadi, tetapi juga mempunyai Vila dan perusahaan sendiri, ingin mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin lagi, dia sekarang adalah seorang Bos.
Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang orang tua tersebut.

Hujan terus turun, tanpa henti, biarpun kedua org tua itu memakai payung,tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.

Sewaktu mereka sampai tempat tujuan, Boy tercengang oleh apa yang ada di depan matanya, itu adalah tempat pemakaman.
Dia melihat di atas papan nisan Girl tersenyum sangat manis terhadapnya.

Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung-burung kertas yang dibuatkan Boy, dalam hujan burung-burung kertas itu terlihat begitu hidup.

Orang tua Girl memberitahu Boy, Girl tidak pergi ke paris, Girl terserang kanker, Girl pergi ke surga.
Girl ingin Boy menjadi orang, mempunyai keluarga yang harmonis, maka dengan terpaksa berbuat demikian terhadap Boy dulu.
Girl bilang dia sangat mengerti Boy, dia percaya kalau Boy pasti akan berhasil.

Girl mengatakan, kalau pada suatu hari Boy akan datang ke makamnya dan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi.
Boy langsung berlutut, berlutut di depan makam Girl, menangis dengan begitu sedihnya.

Hujan pada hari itu terasa tidak akan berhenti, membasahi sekujur tubuh Boy.
Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos, mengingat semua itu, hatinya mulai meneteskan darah.

Sewaktu Orang tua ini keluar dari pemakaman, mereka melihat kalau Boy sudah membukakan pintu mobil untuk mereka.
Lagu sedih terdengar dari dalam mobil tersebut.

Hatiku tidak pernah menyesal,
Semuanya hanya untukmu 1000 burung kertas,
1000 ketulusan hatiku,
Beterbangan di dalam angin
Menginginkan bintang yang lebat besebaran di langit,
Melewati sungai perak,
Apakah aku bisa bertemu denganmu?
Tidak takut berapapun jauhnya,
Hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu.
Masa lalu seperti asap, hilang dan tak kan kembali,
Menambah kerinduan di hatiku.
Bagaimanapun dicari,
Jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah.


(Lirik langsung ditranslate dari bahasa Mandarin)

Cerita Singkat Tentang Kolonel Sanders (KFC)



Ketika Kolonel Harland Sanders pensiun di usia 65, dia hanya memiliki sedikit tabungan untuk dirinya, selain mobil Caddie tuanya dan slip uang pensiun senilai $105 per bulan, dan resep ayam rahasianya.. Menyadari bahwa dia tak mungkin bertahan hanya melalui uang pensiun, dia pun memutuskan untuk berjudi menjual resep ayamnya..

Rencana awalnya adalah menjual resepnya pada pemilik restoran dengan imbalan 5 sen per potong ayam yang terjual.. Pemilik Restoran pertama menolaknya.. Demikian yang ke 2.. Demikian pula yang ke 3..

Faktanya, 1008 penawaran dari sang Kolonel berakhir dengan penolakan..

Tapi, dia terus menawarkan resep ayam nya mengelilingi Amerika, tidur di mobilnya untuk menghemat uang.. Nomer keberuntungan 1009 memberinya jawaban "Yes"

Tentu kita tahu bagaimana akhir ceritanya, bahwa di tahun 1963 dia memiliki 60 counter Kentucky Fried Chicken yg tersebar di seluruh Amerika..

Kolonel Harland Sanders, melalui kehidupannya, mengajarkan kepada kita bahwa "Tidaklah terlambat untuk memutuskan untuk TIDAK MENYERAH"

Dalam perjalanan kehidupannya, Kolonel Sanders pernah mencoba beberapa bisnis.. Sebuah pom bensin pada usia 30an, Restoran di usia 40, dan dia pun mengakhiri keduanya.. dan pada usia 65 barulah dia sadar bahwa penjualan resep ayam adalah ide yang brilian, dan dia MENOLAK UNTUK MENYERAH, meskipun dia menghadapi rentetan penolakan..

Dia tahu jika dia terus mengetuk "pintu", pada akhirnya akan ada seseorang yang memberi jawaban "Ya"

"Janganlah terlalu cepat untuk menyerah, teruslah mengetuk, teruslah berusaha, teruslah mencari, dan teruslah bekerja"

Sebuah Kisah Cinta di ID Ragnarok Online



Cerita ini didedikasikan bgi seorang cewe bernama Arin,

Ksah ni trjadi 2 thn yg lalu, kisah percintaan pemain game Ragnarok Online dan mereka masih SMA.

dan for -Nagi~springfield- (Setya) i miss u bro /sob

Setya adalah seorang anak sma yg demen main game, dan dia mnghabiskan waktunya untuk bermain game RO slama 6 jam perhari, dan hingga suatu saat dia ktemu ama cw namanya Arin di game tsb.

Waktu demi waktu dan akhirnya mereka janjian utk bertemu, Arin tinggal di Bandung sedangkan Setya tinggal di Jakarta, Arin sebenernya uda ada cowo juga di Bandung, tetapi si Setya ga tau soalnya dirahasiain..

Hingga pada suatu saat

Setya : Rin aq mo kbandung di liburan ini, tp kpnnya msh ga pasti, alamat rumahmu msih sma kan?

Arin : iya, tp tolong klo bisa ksih tau yh, soalnya biar aq isa jmput kmu ato bisa nyambut kmu dulu

Setya : ah seruan surprise lah, ya uda nnti aq hubungi lagi..


Dan akhirnya liburan pun tiba, Setya dengan smangat 45 pergi ke Bandung dengan motornya, dan ke rumahnya Arin pas hari itu Hari Sabtu.

Saat tiba di sana, dia melihat mobil sedan yang lumayan bagus parkir di depan rumahnya Arin, dia gak jadi mampir dulu, tapi muter lagi ke Bandung buat beli stangkai bunga mawar.

Setelah beli dan sampai di rumahnya Arin lagi, ternyata mobil itu masih parkir di depan rumahnya, dia pikir “ah, tmen ortunya kali… cuek ah gw dh kangen”

Dan pas Setya masuk di halaman, terlihat Arin dengan seorang cowo sedang bercanda mesra…
Saat melihat itu tangan Setya yg baru bawa bunga bergetar…
Tubuhnya serasa berhenti berjalan…
Dan tiba2 Arin melihat ke arah halaman..
Dan dia juga kaget, Setya menarik nafas panjang…
Dan dia langkahkan mendekati beranda tamu depan rumah Arin, dgn modal senyum…

Setya : sore Rin, maaf mengganggu, tapi aku bawa bunga untukmu… surprise….

Arin : ……

Cowo laen : heiii kamu sapa hah? kasih kasih bunga ama cw gw? senyum2 lagi… mo gw tonjok lo?

Setya : ow ini cowomu ya? ~senyum~

Arin : … Rez kenalin ini Setya temenku maen game

Cowo laen : oww temen game ro itu ya? gitu aja ngasih2 bunga, jangan ngarap lu

Setya : maaf, ~senyum~ klo gitu aku pulang dulu ya Rin…


Hati Setya langsung terpuruk habis…
Dia balik ke Jakarta dengan perasan yg benar2 gak menentu, dan di tengah jalan Arin menelpon, tapi Setya gak mau angkat.

Hingga akhirnya pas Setya di rumah, Arin telp lagi lewat hpnya, dan Setya pun angkat

Arin : maafin Arin ya gak cerita, tadi memang cowo ku, tp aq ga bgitu suka dia, soalnya dia kras. Cma aq sama kam, aku kenal dia dluan, tp bukan berarti aq ingin menyakitimu dgn gak kasih tau, justru aku takut menyakitimu… Aq gk ingin kehilangan kmu… Slama hidupku cma kmu yg selalu tersenyum manis dan tulus buat ku

Setya : … Apakah kmu sayang aku?

Arin : … iyah


Akhirnya mereka balikan lagi, dan Setya cuek aja mau Arin suka ama cowo itu apa ga yg jelas dia gak ke Bandung lagi..

Hingga suatu hari Setya dicall gak pernah jawab.. HPnya mati, dan Arin mencari di game RO gak ketemu2, akhirnya dia menerima telp penting dari temenya Setya.

Temen : Arin kamu bisa ke Jakarta ga?

Arin : wah aku baru test semesteran nih

Temen : penting, si Setya di RS, dia meminta kmu dateng ke sini, klo perlu aq jemput, Setya sakit dan uda 5 hari ini dirawat di ICU sini, aku telpon krena disuruh sama kluarga Setya, katanya “Setya menunggu seseorang bernama Arin kmu tau ga dia sapa?” … trus aq jawab, ya om saya tau nanti cba saya telp dia, saya ajak dia kesini

Arin : hahhhhh, Stya knapa? ada apa?

Temen : gk tau, aq juga tau baru aja kok, aku kesana ya!

Arin : gk usah alamat dan nama rsnya apa? aku langsung kesana sekarang juga


Dan saat itu juga Arin meninggalkan skul dan ke Jakarta dengan naik taksi.
Dia ambil duid tabunganya buat bayar taksi.

1 jam kemudian sebelum Arin tiba di Jakarta, tiba2 bapaknya Arin telp

Bokap : Rin kamu dimana?

Arin : temenku ada yg masuk di ICU pah..

Bokap : Temenmu? Nanti sore kan bisa, papa antar jg bisa

Arin : Aku dah dri tadi pagi ada perasaan ga enak dan saat denger kabar ini, aku langsung ke pergi

Bokap : Ya uda RS apa?

Bokap : Hah??? Itu kan di jkt? Kmu kesana naik apa? Papa kesana juga sekarang… Kamu itu rin, sapa sih temenmu smpai kmu belain gini?

Arin : Dia satu2nya temen yg selalu bikin arin tersenyum… temen special…, dan yg mengajari biar arin slalu tersenyum, hingga papa dan mama juga suka klo liat arin tersenyum, uda yah pa aku tutup.. low bat


Sampai di RS, Arin langsung mencari ruang ICU, dan ternyata gak ada Setya, dia sudah dipindahkan ke kamar biasa… “sukur Tuhan dia dah ga di icu lagi, terimakasih Tuhan” [selama perjalanan ke Jakarta, Arin terus menerus berdoa untuknya]

Dan saat kamarnya ditemukan, tampak beberapa orang berkumpul di depan kamarnya Setya, dan temanya Arin menyambut

Temen : masuk rin, dah ditunggu Setya


Terlihat saat memasuki kamar itu, banyak yg sedang meneteskan air mata, wajah2 penuh kesedihan terlihat di muka keluarga Setya dan teman2nya

Arin : hai Setya…

Setya : maaf aku meminta kamu datang tiba2 ~seyum~

Arin : ga papa kok, kmu kok ga crita sih kamu sakit pa?

Setya : cma sakit biasa aja, aku ga crita cma gk ingin kmu khawatir.. kan baru semesteran khan? ~senyum~

Arin : ih kamu crita ga akan bikin aku khawatir kok.. [sambil cubit]

Setya : trus kabarmu gmana sekarang ? tdi kesini naik apa? eh kok kmaren aq liat dompetmu gk ada fotoku sih?

Arin : dasarrrrrrr dompet gw di intip2……


Lalu mereka berdua ngobrol 1 jam, ngobrol hal2 yg biasa2 aja

hingga akhirnya..

Setya : rin, aq ingin kmu tau klo aq sayang kmu, dan bahagia banget bisa kenal dan tau klo ternyata kmu sayang aq

Arin : kmu ngomong apaan sih… sapa yg sayang kamu ueee

Setya : pah… mah.. kak…


Bokap dan kknya Setya berdiri mendekat, masih dengan wajah yg penuh sedih

Setya : rin tolong dunk kamu duduk di deketku, dan sangga kepalaku yah, moh pake bantal…

Arin : eh.. malu set… tapi ga papa cma bentar aja kan

Setya : iya… mo ngomong ama papa dan mama dan kkku dan kmu juga

Arin : kmu knapa sih? jadi manja gini?

Setya : pah.. mah kk……. klo aku pergi, jgn tangisi aq… karena ini adalah hari terbahagiaku slama aku hidup, bisa bersama dengan orang2 yg sangat aku cintai, dan bisa berkumpul dengan klian yg begitu menyayangi aq juga… dan karna ada arin … karena dia.. aq sangat bahagia juga ma…

Arin : setya…… [meneteskan air mata] kmu knapa? kok ngomong aneh? [arin menggenggam tangan setya erat2]

Setya : memang aq baru manja nih, bleh minta kecup didahiku ga rin?

Arin : … iya ~arin mengecup dahinya pelan2 dan saat dia mengecup setya berkata dengan lirih…~

Setya : arin… aq ingin bilang aq syang kmu dan terimakasih kmu bisa datang dan membuat hari ini adalah hari yg paling bahagia untuku.. dan ingat aq akan selalu ada dihatimu.. karena kmu sayang ama aq…

…. …. ….

Pelan2 tubuh setya mulai melemas.. dan matanya menutup perlahan… dan dia.. tersenyum

Setya : aq.. sayang….. k a m u…. rin ~seyum~…………………………

Arin : … aq juga sayang kmu….


Arin memeluk tubuh Setya

Dan Setya menghembuskan nafas terakhirnya

Arin : s e t y a…. [ucapnya lirih]


Setya meninggal dalam pelukan kekasihnya

Setya pergi dengan meninggalkan wajah penuh kedamaian dan tersenyum
Semua orang di kamar itu gk bisa menangis tersedu sedu..
Bahkan mama dan papanya Setya hanya diam dan berlinangan air mata..

Setya tlah pergi dgn bahagia…
Bagai mana bisa bersedih bila Setya merasa ini hari paling bahagia untuknya

Lalu mamanya Setya memeluk Arin dan bercerita kalau Setya kena kangker pankreas stadium akhir, dan sudah mengidap selama 1 taon…
Seharusnya menurut dokter dia masih bisa bertahan hingga 6 bulan lagi..
Tapi kemaren tiba2 Setya minta dipindahkan dikamar biasa aja.. dan menunggu arin…
Dia ingin habiskan waktu2 terakhirnya dengan orang2 yg dia cintai….

Paginya, saat pemakaman Setya, tampak wajah2 yg bahagia bukan kesedihan…
Karena mereka semua mengerti, kata2 terakhir yg setya ucapkan benar, Setya pergi dengan sangat bahagia dan tak ada alasan apapun untuk bersedih karena kepergianya…
Dan saat melihat isi peti mati terlihat wajah Setya yg damai dan tersenyum..

Dan sorenya saat mamanya Setya mempersilahkan Arin untuk mengambil barang2 Setya apapun yg bisa dia jadikan kenangan…
Arin menemukan sepucuk note, yg tertulis :

“Tuhan terimakasih kamu sudah menemukanku dengan seorang bidadari bernama arin, aku blum pasti apakah dia mencintaiku apa ga, dia gak pernah menyimpan foto2ku, tapi yg jelas aku amat sangat menyayanginya… dan walaupun kami terpisah kota dan sepertinya dia juga mempunyai seseorang disana, tapi aku tetap tulus menyayanginya dan aku yakin didalam hatinya dia juga menyayangiku… aku bisa merasakanya Tuhan… aku akan selalu tersenyum untuknya… selamanya hingga saat terakhirku pun aku pasti akan tetap tersenyum untuknya… aku gak berharap agar Tuhan menyembuhkan penyakitku… asal aku bisa melihat senyumanya arin, dan tau klo dia juga benar2 menyayangiku.. aku kira itu cukup bagiku… aku hidup untuk mencari kebahagian… dan aku sudah menemukan kebahagianku dalam Arin… bidadariku… terimakasih untuk semuanya Tuhan”

Lalu Arin tersenyum dengan meneteskan air mata…
Tanganya bergetar saat membaca note tersebut…

Arin : Setya… aq sayang kamu… sejak kita bertemu dan kenalan dan pertama kali melihat senyumu aq jatuh cinta padamu.. hanya saja aq gak mau mengakuinya… dasar kamu bodoh… dompetku gak akan ada fotomu karena aku selalu terbayang wajahmu yg sangat lugu dengan senyumanmu itu… hanya senyumu yg bisa menghangatkan hari2ku…
senyummu setya… senyumu sudah hidup dalam hatiku untuk slamanya…


Lalu Arin hanya terdiam dan menangis berjam2 di kamar Setya


2 bulan kemudian
Arin berdiri di depan makam Setya lalu dia pun berlutut dan berkata

Arin : ini setangkai mawar untukmu sayang… dan senyum dari kita semua
aku sayang kamu… slamanya ~senyum~


Dulu kamu yang membuat ku tersenyum sekarang aku akan brusaha untuk tersenyum!
Tak lama kemudian hujan pun turun, Arin pun bergegas meninggalkan pemakaman.
Sebelum dia keluar dari areal pemakaman dilihatnya makam Setya!

Antara sadar dan tidak sadar dilihat nya bayangan Setya tersenyum ke pada nya

Setya : Tersenyum lah untuk ku dan untuk semua orang! hanya senyum mu yang bisa membuat ku tenang di alam sana slamat tingal priest ku sayang Arin.


Lalu bayangan Setya pun menghilang.
Arin hanya menangis dan berkata

Arin : Good bye my lovely Wiz!


________________end________________________

uhm sekian share dari Saya semoga kita semua dapat mengambil hikmah nya
Salam hangat (sen)

ps: syangilah seseorang yang kamu miliki karena tanpa sadar kamu beruntung sudah memiliki nya /no1

Cintailah orang yang paling kamu sayangi
karena tanpa kamu sadari sebenarnya kamu bruntung memiliki dia /no1

sekalian share dari saya salam hangat /sob

sumber secara langsung : pasarpayon.com

Kisah Boy and Girl 1

Ada sepasang kekasih yang bernama boy n' girl...

Boy adalah seorang yang tunanetra, namun girl amat mencintainya...

Suatu hari boy bertanya pada girl, "Girl, kenapa kamu mencintaiku? Padahal masih banyak di luar sana lelaki yang lebih sempurna dan tidak cacat seperti aku ini..."

Kemudian girl menjawab, "Boy, aku tidak peduli orang akan berkata apa tentang kamu dan aku, tapi yang ku tahu pasti, aku mencintaimu apa adanya dengan tulus dan aku rela menghabiskan seluruh umur dan hidupku bersamamu..."

Mendengar pernyataan girl, boy pun menjadi sangat tersentuh, "Terima kasih girl... Hanya engkau seorang di dunia ini yang memperhatikanku... Aku juga sangat mencintaimu... Jika aku dapat melihat dunia ini suatu saat nanti, orang yang akan kunikahi hanyalah kamu..."

"Benarkah itu boy? Aku akan sangat menantikan saat itu..."


***

Singkat cerita, boy menjalani operasi cangkok mata agar dia dapat melihat dunia ini, dan operasi itu berjalan lancar dan boy pun akhirnya dapat melihat indahnya dunia ini...

Namun, hancurlah hatinya ketika melihat bahwa girl ternyata juga orang tunanetra seperti dia dulu...

Dan, singkat cerita, girl menagih janji boy terhadapnya yang akan menikahinya begitu dia dapat melihat dunia ini, "Boy, sungguh senang hatiku engkau telah dapat melihat indah dunia ini... Aku ingin tahu, kapankah engaku akan menikahiku?"

Boy yang masih tidak percaya apa yang telah ia lihatpun berkata, "Maaf girl, aku tidak dapat melakukannya, aku tidak dapat menikah dengan seorang wanita yang tidak dapat melihat... Aku sungguh2 tidak bisa menikahimu..."

Girl sangat terpukul dengan pernyataan dari boy, "Boy, katamu, engkau sangat mencintaiku dan hanya aku satu2nya di dunia ini yang memperhatikanmu... Kenapa sekarang engkau berkata demikian?"

"Tapi, itu dulu ketika aku tidak tahu bahwa engkau ternyata juga seorang yang tidak dapat melihat..."

"Boy..."

Dan, akhirnya boy pun pergi meninggalkan girl...

***

Setelah sekian lama, girl menjadi semakin terpuruk dengan keadaannya dan akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di dunia ini...

Di sampingnya terdapat surat yang ditujukan untuk boy, dan ortu dari girl memutuskan untuk memberikannya kepada boy...

Isi surat itu adalah,

'Boy, aku sangat kecewa engkau telah pergi meninggalkanku... Aku tidak dapat berbuat apa2 lagi di dunia ini tanpamu, jadi aku memutuskan untuk mengakhiri saja hidupku ini... Semoga engkau berbahagia dan semoga mataku bermanfaat untukmu...'

...

Terkadang kita hanya mencintai dan menyayangi seseorang hanya karena kita mendapat sesuatu darinya...

Namun, apakah cinta kita itu cinta murni yang tulus dari hati?

Jika kita tidak dapat mencintai manusia di bumi ini dengan tulus, apakah kita dapat mencintai Bapa kita yang berada di Sorga dengan segenah hati dan dengan tulus?

Apakah kita masih mau berlutut dengan tetes air mata kita saat kita merasa kita tidak lagi mendapatkan manfaat dari Dia?

Semoga ini dapat menjadi perenungan kita...

Kisah Bhikkhu Radha

Radha adalah seorang brahmana miskin yang tinggal di vihara. Ia hanya melakukan sedikit pelayanan untuk para bhikkhu. Atas pelayanannya ia memperoleh makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya. Tidak ada seorang pun yang mendorongnya menjadi seorang bhikkhu, meskipun ia mempunyai keinginan yang besar untuk menjadi bhikkhu.

Suatu hari, ketika hari menjelang pagi. Sang Buddha mengamati dunia dengan kemampuan batin luar biasa-Nya. Dilihat-Nya brahmana tua itu mempunyai kesempatan untuk mencapai tingkat kesucian arahat.

Paginya, Sang Buddha pergi menemui brahmin tua itu dan mengetahui bahwa para bhikkhu di vihara tersebut tidak menginginkan brahmin tua itu bergabung dalam pasamuan bhikkhu.

Sang Buddha mengundang para bhikkhu dan bertanya, “Apakah ada di antara para bhikkhu di sini yang mengingat hal baik yang pernah dilakukan oleh orang tua ini?”

Atas pertanyaan ini Yang Ariya Sariputta menjawab “Bhante, saya mengingat satu peristiwa ketika orang tua itu memberikan sesendok nasi kepada saya”.

“Jika demikian”, Sang Buddha berkata: “Tidakkah seharusnya kamu menolong dermawan itu untuk membebaskannya dari penderitaan hidup?”

Yang Ariya Sariputta setuju untuk menjadikan orang tua itu sebagai seorang bhikkhu dan kemudian menerima sebagaimana mestinya. Yang Ariya Sariputta membimbing bhikkhu tua itu dan bhikkhu tua itu mengikutinya dengan sungguh-sungguh. Dalam waktu beberapa hari, bhikkhu tua itu telah mencapai tingkat kesucian Arahat.

Ketika Sang Buddha datang untuk menemui para bhikkhu, mereka melaporkan bagaimana tekunnya bhikkhu tua itu mengikuti bimbingan Yang Ariya Sariputta. Kepada mereka, Sang Buddha menjawab bahwa para bhikkhu seharusnya mudah dibimbing seperti Radha dan tidak marah ketika mendapat celaan atas kesalahan atau kegagalannya.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 76 berikut ini:

Seandainya seseorang bertemu orang bijaksana yang mau menunjukkan dan memberitahukan kesalahan-kesalahannya,
seperti orang menunjukan harta karun,
hendaklah ia bergaul dengan orang bijaksana itu.
Sungguh baik dan tidak tercela bergaul dengan orang yang bijaksana.

Kisah Samanera Tissa yang Berdiam di Hutan

Tissa adalah seorang putra hartawan dari Savatthi. Ayahnya biasa memberi dana makanan kepada Murid Utama Sang Buddha, Sariputta Thera di rumahnya.

Ketika masih kecil, Tissa sering berjumpa dengan Murid Utama pada setiap kesempatan. Pada umur 7 tahun ia menjadi seorang samanera dibawah bimbingan Sariputta Thera. Ketika ia tinggal di Vihara Jetavana, banyak teman dan saudara-saudaranya yang mengunjunginya, membawa pemberian/hadiah dan dana. Samanera berpikir bahwa kunjungan ini sangat menjemukan.

Setelah mempelajari salah satu objek meditasi, ia pergi ke sebuah vihara yang terletak di dalam hutan. Setiap kali penduduk mendanakan sesuatu, Tissa hanya berkata “Semoga kamu berbahagia, bebas dari penderitaan,” (Sukhita hotha, dukkha muccatha), dan kemudian ia berlalu.

Ketika tinggal di vihara dalam hutan, ia tekun dan rajin berlatih meditasi, dan pada akhir bulan ketiga ia mencapai tingkat kesucian arahat.

Setelah selesai masa vassa, Y.A. Sariputta ditemani oleh Y.A. Maha Moggallana dan beberapa orang bhikkhu senior datang mengunjungi Samanera Tissa, dengan seizin Sang Buddha.

Seluruh penduduk desa hadir untuk menyambut Y.A. Sariputta bersama rombongan 4.000 bhikkhu. Mereka juga memohon agar Y.A. Sariputta berkenan menyampaikan khotbah, tetapi murid utama tersebut meminta muridnya, Samanera Tissa, untuk menyampaikan khotbah kepada penduduk desa.

Para penduduk desa, berkata bahwa guru mereka, Samanera Tissa, hanya dapat berkata, “Semoga anda berbahagia, bebas dari penderitaan,” dan mohon kepada Y.A. Sariputta untuk menugaskan bhikkhu yang lain.

Tetapi Y.A. Sariputta tetap meminta Samanera Tissa untuk memberikan khotbah dhamma, dan berkata kepada Tissa, “Tissa, berkatalah kepada mereka bagaimana mencapai kebahagiaan dan bagaimana bebas dari penderitaan.”

Untuk memenuhi permintaan gurunya, Samanera Tissa pergi ke tempat khusus untuk menyampaikan khotbah Dhamma. Ia menjelaskan kepada para penduduk desa, arti kelompok kehidupan (khandha), landasan indria dan objek indria (ayatana), faktor-faktor menuju penerangan/Pencerahan sempurna (Bodhipakkhiya Dhamma), jalan menuju kesucian arahat dan nibbana, dan sebagainya. Akhirnya, ia menjelaskan, “Siapa saja yang mencapai tingkat kesucian arahat akan terbebas dari semua penderitaan dan mencapai “kedamaian sempurna”, sementara yang lainnya masih berputar-putar pada lingkaran tumimbal lahir (samsara).”

Y.A. Sariputta memuji Tissa telah menyampaikan khotbah Dhamma dengan baik.

Fajar mulai menyingsing ketika ia menyelesaikan uraiannya, dan seluruh penduduk desa sangat terpesona. Beberapa dari mereka terkejut karena Samanera Tissa memahami Dhamma dengan baik, tetapi mereka juga merasa tidak puas, karena pada awalnya ia hanya sedikit mengajarkan Dhamma kepada mereka; sedangkan yang lain merasa bahagia mengetahui samanera tersebut sangat terpelajar dam merasa bahwa mereka sangat beruntung Samanera Tissa berada di antara mereka.

Sang Buddha, dengan kemampuan batin luar biasa-Nya, melihat dari Vihara Jetavana bahwa timbul dua kelompok penduduk desa, kemudian Beliau menampakkan diri, untuk menjernihkan kesalah-pahaman yang ada.

Sang Buddha hadir ketika para penduduk desa sedang menyiapkan makanan untuk para bhikkhu. Maka, mereka mempunyai kesempatan untuk berdana makanan kepada Sang Buddha. Setelah bersantap, Sang Buddha berkata kepada para penduduk desa, “O umat awam, kamu semua sangat beruntung memiliki Samanera Tissa di antara kalian. Karena dengan kehadirannya di sini, aku, murid-murid utama-Ku, bhikkhu-bhikkhu senior dan banyak bhikkhu lainnya saat ini hadir mengunjungi kalian.” Kata-kata ini menyadarkan para penduduk desa bagaimana beruntungnya mereka bersama Samanera Tissa dan mereka sangat puas.

Sang Buddha kemudian menyampaikan khotbah kepada para penduduk desa dan para bhikkhu, dan pada akhirnya, beberapa dari mereka mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Selesai menyampaikan khotbah, Sang Buddha pulang kembali ke Vihara Jetavana. Sore harinya, para bhikkhu memuji Samanera Tissa dihadapan Sang Buddha, “Bhante, Samanera Tissa telah melakukan sesuatu yang tidak mudah, meskipun ia telah memperoleh pemberian dan dana dari orang-orang Savatthi, tetapi meninggalkannya dan pergi hidup sederhana di dalam hutan.”

Kepada mereka Sang Buddha menjelaskan, “Para bhikkhu, seorang bhikkhu, apakah ia tinggal di desa ataupun di kota, seharusnya hidup tidak mengharapkan pemberian dan dana. Jika seorang bhikkhu meninggalkan semua keuntungan keduniawian dan rajin melaksanakan Dhamma, maka ia pasti akan mencapai tingkat kesucian arahat.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 75 berikut:

Ada jalan lain menuju pada keuntungan duniawi,
dan ada jalan lain yang menuju ke Nibbana. Setelah menyadari hal ini dengan jelas,
hendaklah seseorang bhikkhu siswa Sang Buddha tidak bergembira dalam hal-hal duniawi,
tetapi mengembangkan pembebasan diri.

Kisah Citta, Seorang Perumah Tangga

Citta, seorang perumah tangga, suatu hari berjumpa dengan Mahanama Thera, salah seorang dari lima bhikkhu pertama (pancavaggiya), yang sedang berpindapatta, dan mengundang thera tersebut ke rumahnya.

Di sana, ia mendanakan makanan kepada thera tersebut dan setelah mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh Mahanama Thera, Citta mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Kemudian, Citta membangun sebuah vihara di kebun mangganya. Di sana, ia memenuhi kebutuhan semua bhikkhu yang datang ke viharanya dan bhikkhu Sudhamma tinggal di tempat itu.

Suatu hari, dua orang murid utama Sang Buddha, Y.A. Sariputta dan Y.A. Maha Moggallana, datang ke vihara tersebut. Setelah mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh Y.A. Sariputta, Citta mencapai tingkat kesucian anagami.

Kemudian, ia mengundang dua murid utama sang Buddha tersebut ke rumahnya untuk menerima dana makan esok hari. Ia juga mengundang bhikkhu Sudhamma, tetapi beliau menolak dengan marah dan berkata, “Kamu mengundangku setelah mengundang dua bhikkhu tersebut.”

Citta mengulang kembali undangannya, tetapi undangan tersebut ditolak. Walaupun demikian bhikkhu Sudhamma pergi ke rumah Citta pagi-pagi keesokan harinya. Ketika dipersilahkan masuk, Sudhamma menolak dan berkata bahwa dia tidak akan duduk karena dia sedang berpindapatta.

Ketika dia melihat makanan yang didanakan kepada dua orang murid utama Sang Buddha, dia sangat iri dan tidak dapat menahan kemarahannya. Dia mencaci Citta dan berkata, “Aku tidak ingin tinggal lebih lama di viharamu!” dan meninggalkan rumah tersebut dengan penuh kemarahan.

Dari sana, dia mengunjungi Sang Buddha dan melaporkan segala yang telah terjadi. Kepadanya, Sang Buddha berkata, “Kamu telah menghina seorang umat awam yang berdana dengan penuh keyakinan dan kemurahan hati. Kamu lebih baik kembali ke sana dan mengakui kesalahanmu.” Sudhamma melakukan apa yang telah dikatakan oleh Sang Buddha, tetapi Citta tidak menghiraukan; maka dia kembali menghadap Sang Buddha untuk ke dua kalinya. Sang Buddha, mengetahui bahwa kesombongan Sudhamma telah berkurang pada waktu itu. Kemudian Beliau berkata, “Anakku, seorang bhikkhu yang baik seharusnya tidak terikat dengan berkata, “ini adalah viharaku, ini tempatku, dan ini adalah muridku,” dan sebagainya, dengan berpikir demikian keterikatan dan kesombongan akan bertambah.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 73 dan 74 berikut ini:

Seorang bhikkhu yang bodoh,
menginginkan ketenaran yang keliru,
ingin menonjol di antara para bhikkhu,
ingin berkuasa dalam vihara-vihara,
dan ingin dihormati oleh semua keluarga.

“Biarlah umat awam dan para bhikkhu berpikir bahwa hal ini hanya dilakukan olehku,
dalam semua pekerjaan besar atau kecil mereka menunjuk diriku,”
demikianlah ambisi bhikkhu yang bodoh itu,
dan keinginan serta kesombongannya pun terus bertambah.

Setelah khotbah dhamma itu berakhir, Sudhamma pergi ke rumah Citta, dan pada saat itu mereka dapat berdamai. Dalam waktu tidak beberapa lama, Sudhamma mencapai tingkat kesucian arahat.

Kisah Satthikutapeta

Murid utama Maha Moggallana melihat makhluk setan (peta) yang sangat besar, ketika sedang menerima dana makanan bersama Lakkhana Thera.

Berkenaan dengan hal ini, Sang Buddha menjelaskan bahwa makhluk itu bernama Satthikuta, pada salah satu kehidupannya yang lampau, adalah seorang yang sangat berbakat melempar batu. Pada suatu hari, dia minta izin dari gurunya untuk menguji ketrampilannya. Gurunya berkata agar tidak melempar seekor sapi, atau manusia, yang akan menyebabkan dia harus membayar kerugian kepada pemiliknya atau saudara-saudaranya. Tetapi disarankan untuk mencari sasaran yang tidak ada pemiliknya atau tidak dijaga.

Ketika melihat seorang Paccekabuddha, orang bodoh itu berpikir, bahwa Paccekabuddha, tidak mempunyai pemilik atau penjaga, adalah sasaran yang tepat. Maka dia melempar sebuah batu kepada Paccekabuddha yang sedang berpindapatta. Batu itu masuk ke dalam satu telinga Paccekabuddha dan keluar pada telinga satunya. Paccekabuddha itu meninggal dunia begitu sampai di vihara. Pelempar batu itu mati dibunuh oleh pengikut-pengikut Paccekabuddha, dan ia dilahirkan kembali di neraka Avici.

Setelah itu, dia dilahirkan kembali sebagai makhluk setan, dan sejak itu dia mengalami akibat dari perbuatan buruk yang telah dilakukan, sebagai makhluk setan dengan kepala yang sangat besar dan selalu dipukul dengan palu yang membara.

Pada akhir penjelasan, Sang Buddha berkata, “Bagi orang bodoh, ketrampilan atau pengetahuan tidak ada gunanya; hal itu hanya akan membahayakan dirinya sendiri.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 72 berikut:

Orang bodoh mendapat pengetahuan dan kemashuran yang menuju kepada kehancuran,
Pengetahuan dan kemashurannya itu akan menghancurkan semua perbuatan baiknya,
dan akan membelah kepalanya sendiri.

Kisah Ahipeta

Murid utama Sang Buddha, Maha Moggallana Thera sedang dalam perjalanan untuk menerima dana makanan bersama Lakkhana Thera di Rajagaha. Ketika melihat sesuatu, beliau tersenyum, tetapi tidak mengataka apa-apa.

Setelah tiba di vihara, Maha Moggallana Thera memberitahu Lakkhana Thera, bahwa beliau tersenyum karena beliau melihat makhluk peta dengan kepala manusia dan bertubuh ular.

Sang Buddha berkata bahwa beliau sendiri telah melihat makhluk peta pada saat Beliau mencapai Penerangan sempurna. Sang Buddha juga menerangkan bahwa beberapa waktu yang lampau, ada seorang Paccekabuddha, yang dihormati oleh banyak orang. Orang-orang pergi ke vihara melewati suatu ladang. Pemilik ladang tersebut khawatir ladangnya akan rusak disebabkan oleh banyak orang lalu lalang pergi ke vihara, kemudian ia membakar vihara itu. Akibatnya Paccekabuddha harus berpindah ke tempat lain. Murid-murid Paccekabuddha menjadi sangat marah kepada pemilik ladang tersebut, mereka memukuli dan membunuhnya.

Pemilik ladang itu dilahirkan kembali di neraka Avici. Kelahirannya saat sekarang ini sebagai makhluk setan, merupakan akibat dari perbuatan buruk yang telah ia lakukan pada masa lampau.

Pada akhir penjelasannya, Sang Buddha berkata, “Sebuah perbuatan buruk tidak langsung berbuah, tetapi akan selalu mengikuti pembuat kejahatan. Tidak ada yang dapat bebas dari akibat perbuatan jahat.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 71 berikut:

Suatu perbuatan jahat yang telah dilakukan,
tidak segera menghasilkan buah,
seperti air susu yang tidak langsung menjadi dadih;
demikianlah perbuatan jahat itu membara mengikuti orang bodoh,
seperti api yang ditutupi abu.

Kisah Jambuka Thera

Jambuka adalah putra seorang hartawan di Savatthi. Berkaitan dengan perbuatan buruk yang dilakukannya di masa lampau, ia harus dilahirkan dengan kelakuan yang sangat aneh.

Ketika masih anak-anak, ia tidur di lantai tanpa alas kasur, dan memakan kotorannya sendiri sebagai ganti nasi. Ketika ia bertambah dewasa, orang tuanya mengirim kepada Ajivaka, pertapa telanjang. Ketika pertapa itu mengetahui kebiasaan makannya yang aneh, mereka mengirim Jambuka pulang ke rumah. Setiap malam ia makan kotoran manusia. Setiap hari berdiri dengan satu kaki, dan membiarkan mulutnya terbuka.

Ia selalu mengatakan bahwa ia membiarkan mulutnya terbuka, sebab ia hidup dari udara dan berdiri dengan satu kaki, sebab akan memberatkan bumi untuk mengangkatnya. “Saya tidak pernah duduk, saya tidak pernah tidur,” ia berbangga diri, dan oleh karena itu ia dikenal dengan nama Jambuka, orang congkak.

Beberapa orang mempercayainya dan beberapa orang mau datang kepadanya untuk berdana makanan. Jambuka akan menolak dan berkata, “Saya tidak menerima makanan selain udara.” ketika dipaksa, dia menerima sedikit dana makanan tersebut, kemudian ia akan memberikan segenggam rumput kusa kepada orang yang berdana makanan itu dan berkata: “Sekarang pergilah, semoga ini dapat memberikan kebahagiaan bagi anda.”

Dengan cara ini, Jambuka hidup selama lima puluh lima tahun telanjang, dan hanya makan kotoran manusia.

Suatu hari Sang Buddha melihat bahwa Jambuka akan mencapai tingkat kesucian arahat dengan segera. Maka suatu sore Sang Buddha pergi ke tempat tinggal Jambuka dan menanyakan di mana tempat bermalam.

Jambuka menunjukkan sebuah gua yang ada di gunung tidak jauh dari lempengan batu tempat tinggalnya.

Selama malam pertama, kedua, dan ketiga, dewa-dewa Catumaharajika, Sakka, dan Mahabrahma datang untuk memberikan penghormatan secara bergantian kepada Sang Buddha. Pada ketiga kesempatan tersebut, hutan itu terang benderang dan Jambuka menyaksikan ketiga cahaya tersebut.

Pagi harinya, ia mengunjungi Sang Buddha dan bertanya tentang cahaya tersebut.

Ketika diberitahu bahwa dewa-dewa, Sakka dan Mahabrahma datang memberikan hormat pada Sang Buddha, Jambuka sangat tertarik dan berkata kepada Sang Buddha: “Anda pasti benar-benar orang besar bagi para dewa, Sakka, dan Mahabrahma, sehingga mereka datang dan memberikan hormat kepadamu. Tidak seperti saya, meskipun saya telah berlatih hidup sederhana selama 55 tahun, hidup dari udara dan berdiri dengan satu kaki, tidak satu dewa pun, tidak juga Sakka, Mahabrahma mengunjungiku.”

Sang Buddha berkata kepadanya, “O, Jambuka! Kamu dapat menipu orang lain, tetapi kamu tidak dapat menipuku. Saya tahu bahwa selama 55 tahun kamu telah makan kotoran dan tidur di tanah.”

Lebih jauh Sang Buddha menerangkan kepadanya bagaimana kehidupannya yang lampau pada masa Buddha Kassapa, Jambuka telah menghalangi seorang thera untuk berkunjung ke rumah umat awam yang ingin berdana makanan dan bagaimana ia telah melemparkan semua makanan yang dikirimkan untuk thera tersebut. Karena kejahatannya itu, Jambuka sekarang makan kotoran dan tidur di tanah. Mendengar penjelasan tersebut, Jambuka sangat terkejut dan menyesal telah berbuat jahat dan telah menipu orang lain.

Ia berlutut di hadapan Sang Buddha, dan Sang Buddha memberinya selembar kain untuk dikenakan. Sang Buddha memberikan khotbah; dan pada akhir khotbah, Jambuka mencapai tingkat kesucian arahat serta menjadi murid Sang Buddha.

Murid-murid Jambuka dari Anga dan Magadha datang dan mereka sangat terkejut melihat Jambuka bersama Sang Buddha. Jambuka menjelaskan kepada mereka bahwa ia telah menjadi murid Sang Buddha.

Kepada mereka Sang Buddha berkata, meskipun guru mereka telah hidup dengan sederhana dengan makan makanan yang sangat sederhana, hal itu tidak bermanfaat, walaupun seperenambelas bagian dari latihan dan perkembangannya saat ini.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 70 berikut:

Biarpun bulan demi bulan orang bodoh memakan makanannya dengan ujung rumput kusa,
namun demikian ia tidak berharga seperenambelas bagian dari mereka yang telah mengerti Dhamma dengan baik.

Kisah Uppalavanna Theri

Ada seorang putri hartawan di Savatthi yang sangat cantik, dengan wajah yang sangat lembut dan manis, seperti bunga teratai biru. Ia diberi nama “Uppalavanna”, teratai biru. Kecantikannya tersohor sampai ke mana-mana, dan banyak pemuda yang ingin melamarnya. Pangeran, orang kaya dan yang lainnya. Tetapi ia memutuskan bahwa lebih baik dia menjadi seorang bhikkhuni, murid wanita Sang Buddha yang hidup tidak berkeluarga.

Suatu hari setelah menyalakan sebuah lampu, dia memusatkan pikirannya pada nyala lampu, dan bermeditasi dengan objek api, beliau segera mencapai pandangan terang dan akhirnya mencapai tingkat kesucian arahat.

Beberapa waktu kemudian, ia pindah ke “Hutan Gelap” (Andhavana) dan hidup dalam kesunyian. Ketika Uppalavanna sedang keluar untuk menerima dana makanan, Nanda, putra dari pamannya, datang mengunjungi vihara tempat ia tinggal dan memukul-mukulkan dirinya ke bawah tempat duduk Uppalavanna.

Nanda telah jatuh cinta kepada Uppalavanna sebelum ia menjadi seorang bhikkhuni; dan sangat ingin memilikinya dengan paksa. Ketika Uppalavanna datang, ia melihat Nanda dan berkata, “Kamu bodoh! Jangan menyakiti dirimu sendiri. Jangan menganiaya dirimu sendiri.” Tetapi Nanda tidak mau berhenti. Setelah puas menyakiti dirinya, Nanda meninggalkan Uppalavanna

Segera setelah ia melangkahkan kakinya ke tanah, tanah itu langsung membelah dan ia masuk ke dalamnya, akibat dari perbuatannya mengganggu orang suci.

Mendengar hal itu Sang Buddha membabarkan syair 69 berikut ini:

Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak,
maka orang bodoh akan menganggapnya manis seperti madu;
tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak,
maka ia akan merasakan pahitnya penderitaan.

Beberapa orang mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

Sang Buddha selanjutnya mengundang Raja Pasenadi dari Kosala dan berkata kepada beliau tentang bahayanya seorang bhikkhuni tinggal di hutan menghadapi orang-orang tidak bertanggung jawab yang dibutakan oleh nafsu seksualnya. Sang Raja berjanji hanya akan membangun vihara-vihara untuk para bhikkhuni di kota-kota atau dekat dengan kota.

Kisah Sumana, Penjual Bunga

Seorang penjual bunga, bernama Sumana, harus mengirimkan bunga melati kepada Raja Bimbisara dari Rajagaha setiap pagi. Suatu hari, ketika ia akan pergi ke istana, ia melihat Sang Buddha, dengan pancaran sinar aura sangat terang, datang ke kota untuk berpindapatta dengan diikuti oleh beberapa bhikkhu.

Melihat Sang Buddha yang sangat agung, penjual bunga Sumana sangat ingin mendanakan bunganya kepada Sang Buddha, pada saat itu dan di tempat itu pula. Ia memutuskan, meskipun raja akan mengusirnya dari kota atau membunuhnya, ia tidak akan memberikan bunganya kepada raja pada hari itu.

Kemudian ia melemparkan bunganya ke samping, ke belakang, ke atas dan di atas kepala Sang Buddha. Bunga-bunga itu menggantung di udara; di atas kepala Sang Buddha membentuk seperti payung dari bunga-bunga. Di belakang dan di sisi-sisi Beliau membentuk seperti dinding. Bunga-bunga ini terus mengikuti Sang Buddha kemana saja Beliau berjalan, dan ikut berhenti ketika Beliau berhenti.

Ketika Sang Buddha berjalan, dikelilingi oleh dinding-dinding dari bunga, dan dipayungi oleh bunga, dengan enam sinar yang memancar dari tubuhnya, diikuti oleh kelompok besar, ribuan orang dari dalam maupun dari luar kota Rajagaha. Mereka keluar dari rumahnya dan memberi hormat kepada Sang Buddha. Bagi Sumana sendiri, seluruh tubuhnya diliputi dengan kegiuran batin (piti).

Istri Sumana kemudian menghadap raja dan berkata bahwa ia tidak ikut campur dalam kesalahan suaminya, karena suaminya tidak mengirim bunga kepada raja hari ini. Raja yang telah mencapai tingkat kesucian sotapanna, merasa sangat berbahagia. Ia keluar istana untuk melihat pemandangan yang indah itu dan memberikan hormat kepada Sang Buddha.

Raja juga mengambil kesempatan untuk memberikan dana makanan kepada Sang Buddha dan murid-muridnya. Setelah makan siang, Sang Buddha kembali ke Vihara Jetavana dan raja mengikutinya sampai beberapa jauh.

Dalam perjalanan pulang, Raja memanggil Sumana dan memberikan penghargaan kepadanya yang berupa delapan ekor kuda, delapan orang budak laki-laki, delapan orang budak wanita, delapan orang anak gadis, dan uang delapan ribu.

Di Vihara Jetavana, Y.A. Ananda bertanya kepada Sang Buddha apa manfaat yang akan diperoleh Sumana dari perbuatan baik yang telah dilakukannya pada pagi hari itu. Sang Buddha menjawab bahwa Sumana, yang telah memberikan dana kepada Sang Buddha tanpa memikirkan hidupnya, tidak akan dilahirkan di empat alam yang menyedihkan (Apaya) untuk beratus-ratus ribu kehidupan yang akan datang. Dan ia akan menjadi seorang Pacceka Buddha. Setelah itu, Sang Buddha memasuki Gandhakuti, dan bunga-bunga itu jatuh dengan sendirinya.

Malam harinya, pada akhir khotbah Sang Buddha membabarkan syair 68 berikut ini:

Bila suatu perbuatan setelah selesi dilakukan tidak membuat seseorang menyesal,
maka perbuatan itu adalah baik.
Orang itu akan menerima buah perbuatannya dengan hati gembira dan puas.

Kisah Seorang Petani

Suatu hari beberapa pencuri setelah mencuri benda-benda berharga dan sejumlah uang dari rumah orang kaya, melarikan diri ke suatu ladang. Di sana mereka membagi hasil curian dan berlari berpisah. Tetapi sebuah bungkusan yang berisi uang yang berjumlah banyak terjatuh dari tangan salah seorang pencuri, dan tertinggal di belakang. Tidak ada yang memperhatikan.

Keesokan paginya Sang Buddha yang sedang mengamati dunia dengan penglihatan supranaturalnya, melihat bahwa ada seorang petani sedang bekerja dekat ladang tersebut, akan mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Segera Sang Buddha pergi ke sana, ditemani oleh Y.A. Ananda. Petani tersebut ketika melihat Sang Buddha memberi hormat, kemudian melanjutkan kembali membajak sawah.

Sang Buddha melihat bungkusan uang tersebut dan berkata, “Ananda, lihatlah seekor ular yang sangat berbisa.” Ananda menjawab, “Ya, Bhante, itu benar-benar seekor ular yang sangat berbisa!” Kemudian Sang Buddha dan Ananda melanjutkan perjalanannya.

Petani itu mendengarkan percakapan tersebut di atas, ia pergi mencari apakah benar ada seekor ular, dan menemukan bungkusan yang berisi uang. Ia mengambil bungkusan itu dan menyembunyikannya di suatu tempat.

Pemilik barang yang dicuri datang ke ladang mencari jejak para pencuri. Ia menemukan jejak kaki petani, kemudian ia menemukan bungkusan uang. Ia menangkap petani itu dengan dakwaan sebagai pencuri dan menghadapkannya kepada raja.

Raja memerintahkan orang kaya itu untuk membunuh petani. Ketika dibawa ke pemakaman, tempat petani akan dibunuh, petani itu mengulang kalimat: “Ananda, lihatlah ada seekor ular yang sangat berbisa. Bhante, saya melihat ular; sungguh-sungguh seekor ular yang sangat berbisa!”

Ketika pegawai Raja mendengar percakapan antara Sang Buddha dan Ananda diulang-ulang selama dalam perjalanan, mereka kebingungan, dan membawanya menghadap Raja. Raja menyangka bahwa petani itu memanggil Sang Buddha untuk dijadikan saksi; beliau kemudian meminta kehadiran Sang Buddha.

Setelah mendengar segala keterangan apa yang terjadi pagi hari itu dari Sang Buddha, raja mengatakan, “Apabila ia tidak dapat memanggil Sang Buddha sebagai saksi yang menyatakan ia tidak bersalah, orang ini akan dibunuh.”

Kepada petani itu, Sang Buddha berkata, “Orang bijaksana seharusnya tidak melakukan sesuatu yang akan membuatnya menyesal setelah melakukannya.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 67 berikut:

Bilamana suatu perbuatan setelah selesai dilakukan membuat seseorang menyesal,
maka perbuatan itu tidak baik.
Orang itu akan menerima akibat perbuatannya dengan ratap tangis dan wajah yang berlinang air mata.

Petani tersebut mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.

Kisah Suppabuddha, Penderita Kusta

Suppabuddha, penderita kusta, suatu ketika duduk di bagian belakang kumpulan orang dan mendengarkan dengan penuh perhatian khotbah yang disampaikan oleh Sang Buddha, mencapai tingkat kesucian sotapatti. Ketika kerumunan orang tersebut sudah membubarkan diri, ia mengikuti Sang Buddha ke vihara. Ia berharap dapat memberitahukan kepada Sang Buddha tentang pencapaiannya.

Sakka, raja para dewa, berkeinginan untuk menguji keyakinan orang kusta tersebut kepada Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha, menampakkan dirinya dan berkata: “Kamu hanya seorang miskin, hidup dari meminta-minta, tanpa seorang pun yang mendekati kamu. Saya dapat memberi kamu kekayaan yang sangat besar jika kamu mengingkari Buddha, Dhamma, dan Sangha dan katakan pula bahwa kamu tidak bermanfaat bagi mereka.”

Suppabuddha menjawab, “Sesungguhnya saya bukanlah orang miskin, tanpa seorang pun yang percaya. Saya orang kaya; saya meyakini tujuh ciri yang dimiliki oleh para ariya; saya mempunyai keyakinan (saddha), kesusilaan (sila), malu berbuat jahat (hiri), takut akan akibat perbuatan jahat (ottappa), pengetahuan (suta), murah hati (caga), dan kebijaksanaan (panna).”

Kemudian Sakkha menghadap Sang Buddha mendahului Suppabuddha. Sang Buddha menjawab bahwa tidaklah mudah meskipun seratus atau seribu Sakka untuk membujuk Suppabuddha meninggalkan Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Setelah Suppabuddha sampai di vihara, ia melapor kepada Sang Buddha bahwa ia telah mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Dalam perjalanan pulangnya dari Vihara Jetavana, Suppabuddha mati berlumuran darah diseruduk seekor sapi yang sedang marah, yang sesungguhnya adalah satu raksasa yang menyamar sebagai seekor sapi. Raksasa ini tidak lain adalah pelacur yang dibunuh oleh Suppabuddha pada kehidupannya yang lampau dan yang telah memenuhi keinginannya untuk membalas dendam.

Ketika berita kematian Suppabuddha sampai di Vihara Jetavana, para bhikkhu bertanya kepada Sang Buddha, dimana Suppabuddha dilahirkan kembali, dan Sang Buddha menjawab bahwa Suppabuddha dilahirkan kembali di alam dewa Tavatimsa. Sang Buddha juga menerangkan kepada para bhikkhu bahwa Suppabuddha dilahirkan sebagai seorang kusta karena pada salah satu kelahirannya yang lampau, ia pernah meludahi seorang Pacekabuddha.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 66 berikut:

Orang bodoh yang dangkal pengetahuannya,
memperlakukan diri sendiri seperti musuh;
ia melakukan perbuatan jahat yang akan menghasilkan buah yang pahit.

Kisah Tiga Puluh Bhikkhu Dari Paveyyaka

Suatu ketika, tiga puluh orang pemuda dari Paveyyaka bersenang-senang dengan seorang pelacur di hutan. Ketika mereka lengah, pelacur itu mencuri beberapa perhiasan dan melarikan diri.

Pemuda-pemuda tersebut mencari pelacur yang lari di hutan, mereka bertemu dengan Sang Buddha dalam perjalanan. Sang Buddha menyampaikan suatu khotbah kepada para pemuda tersebut dan mereka mencapai tingkat kesucian sotapatti. Mereka semuanya bergabung dengan Sang Buddha dan ikut ke Vihara Jetavana.

Ketika tinggal di vihara, mereka berlatih dengan sungguh-sungguh hidup sederhana atau melaksanakan latihan keras (dhutanga). Akhirnya ketika Sang Buddha menyampaikan “Anamatagga Sutta” (Khotbah tentang keberadaan Hidup yang Tak Terhitung), seluruh bhikkhu mencapai tingkat kesucian arahat.

Ketika bhikkhu-bhikkhu yang lain memberikan komentar bahwa bhikkhu-bhikkhu dari Paveyyaka sangat cepat mencapai tingkat kesucian Arahat, Sang Buddha menjawab dalam syair 65 berikut ini:

Walaupun hanya sesaat saja orang pandai bergaul dengan orang bijaksana,
namun dengan segera ia akan dapat mengerti Dhamma,
bagaikan lidah yang dapat merasakan rasa sayur.

Kisah Udayi Thera

Udayi Thera sering mengunjungi, dan duduk di atas tempat duduk, dimana para thera terpelajar duduk pada waktu menyampaikan khotbah. Pada suatu kesempatan, beberapa bhikkhu tamu menyangka bahwa ia adalah seorang thera yang terpelajar, dan mereka mengajukan beberapa pertanyaan tentang lima kelompok unsur khanda. Udayi Thera tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sebab beliau tidak mengerti sama sekali tentang Dhamma.

Para bhikkhu tamu sangat terkejut menemukan seseorang yang tinggal dalam satu vihara dengan Sang Buddha hanya mengetahui sedikit saja tentang khanda dan ajaran ayatana (dasar indria dan objek indria).

Kepada bhikkhu tamu itu Sang Buddha menerangkan keadaan Udayi Thera dalam syair 64 berikut ini:

Orang bodoh, walaupun selama hidupnya bergaul dengan orang bijaksana,
tetap tidak akan mengerti Dhamma,
bagaikan sendok yang tidak dapat merasakan rasa sayur.

Kisah Dua Orang Pencopet

Suatu ketika dua orang pencopet bersama-sama dengan sekelompok umat awam pergi ke Vihara Jetavana. Di sana Sang Buddha sedang memberikan khotbah. Satu di antara mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Tetapi pencopet satunya lagi tidak memperhatikan khotbah yang disampaikan, karena ia hanya berpikir untuk mencuri sesuatu. Ia mengatur cara untuk mengambil sejumlah uang dari salah seorang umat.

Setelah khotbah berakhir mereka pulang dan memasak makan siangnya di rumah pencopet kedua, pencopet yang sudah mengatur cara untuk mengambil sejumlah uang tersebut. Istri dari pencopet kedua mencela pencopet pertama: “Kamu sangat tidak bijaksana, mengapa kamu tidak mempunyai sesuatu untuk dimasak di rumahmu.”

Mendengar pernyataan tersebut, pencopet pertama berpikir, “Orang ini sangat bodoh, dia berpikir bahwa dia menjadi sangat bijaksana.” Kemudian bersama-sama dengan keluarganya, ia menghadap Sang Buddha dan menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 63 berikut:

Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya,
maka ia dapat dikatakan bijaksana;
tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana,
sesungguhnya dialah yang disebut orang bodoh.

Semua keluarga pencopet pertama tersebut mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.